Yang Unik Di Trunyan Bali (wisata murah)

Diposting oleh DemoLanding on Kamis, 20 Januari 2011

Anda mungkin masih ingat lagu Ebit GAD tentang Kintamani. Daerah pegunungan yang girinya menyerupai bukit suroloyo kulon progo yogyakarta itu,dibagian bawah bukit tersebut ada danau yang bernama danau Batur. Yang panjangnya kurang lebih 9 km dan lebar 5 km. Danau tersebut dijadikan sumber mata air yang mengaliri sawah petani Bali bagian timur.dan selatan

Tahun 2009 kemarin Tips Wisata Murah waktu tour ke bali bersama rombongan.menyempatkan nginep/bermalam di hotel yang ada dipingir danau Batur tersebut. Dan kalau ga salah keblat, sebelah timur danau dari tempat kami menginap, ada Desa Trunyan. dan desa tersebut posisinya disebalah timur danau tersebut. Desa trunyan penduduknya masih lugu,dan terkesan cenderung sopan sama pendatang. Didesa Trunyan memiliki kasanah Budaya yang lain dari orang bali pada umumnya. Dan didesa tersebut ada pohon trunyan yang seperti di toraja untuk menyimpan orang yang sudah meninggal.Untuk Trunyan,kami mendapati catatan surgabali.biz ,yang secara detail mengungkap kisah kisah tersebut

Berdasarkan folk etimologi, penduduk Trunyan mempersepsikan diri dan jati diri mereka dalam dua versi. Versi pertama, orang Trunyan adalah orang Bali Turunan, karena mereka percaya bahwa leluhur mereka ‘turun’ dari langit ke bumi Trunyan. Terkait dengan versi ini, orang Trunyan mempunyai satu mite atau dongeng suci mengenai asal-usul penduduk Trunyan adalah seorang Dewi dari langit.

Berdasarkan folk etimologi, penduduk Trunyan mempersepsikan diri dan jati diri mereka dalam dua versi. Versi pertama, orang Trunyan adalah orang Bali Turunan, karena mereka percaya bahwa leluhur mereka ‘turun’ dari langit ke bumi Trunyan. Terkait dengan versi ini, orang Trunyan mempunyai satu mite atau dongeng suci mengenai asal-usul penduduk Trunyan adalah seorang Dewi dari langit.

Versi kedua, orang Trunyan hidup dalam sistem ekologi dengan adanya pohon Taru Menyan, yaitu pohon yang menyebarkan bau-bauan wangi. Dari perdaduan kata “taru” dan “menyan” berkembang kata Trunyan yang dipakai nama desa dan nama penduduk desa tersebut.
Desa Trunyan terletak di sebelah timur bibir danau Batur, letak ini sangat terpencil. Jalan darat dari Penelokan, Kintamani, hanya sampai di desa Kedisan. Dari Kedisan ke desa Trunyan orang harus menyeberang danau Batur selama 45 menit dengan perahu bermotor atau 2 jam dengan perahu lesung yang digerakkan dengan dayung. Selain jalan air, Trunyan juga dapat dicapai lewat darat, lewat jalan setapak melalui desa Buahan dan Abang.

Hawa udara desa Trunyan sangat sejuk, suhunya rata-rata 17 derajat Celcius dan dapat turun sampai 12 derajat Celcius.

Secara spesifik, terkait dengan kepercayaan orang Trunyan mengenai penyakit dan kematian, maka cara pemakaman orang Trunyan ada 2 macam yaitu:


# 1. Meletakkan jenazah diatas tanah dibawah udara terbuka yang disebut dengan istilah mepasah. Orang-orang yang dimakamkan dengan cara mepasah adalah mereka yang pada waktu matinya termasuk orang-orang yang telah berumah tangga, orang-orang yang masih bujangan dan anak kecil yang gigi susunya telah tanggal.
# 2. Dikubur / dikebumikan. Orang-orang yang dikebumikan setelah meninggal adalah mereka yang cacat tubuhnya, atau pada saat mati terdapat luka yang belum sembuh seperti misalnya terjadi pada tubuh penderita penyakit cacar, lepra dan lainnya. Orang-orang yang mati dengan tidak wajar seperti dibunuh atau bunuh diri juga dikubur. Anak-anak kecil yang gigi susunya belum tanggal juga dikubur saat meninggal.

Untuk keperluan pemakaman, di desa Trunyan terdapat 1 kuburan yaitu:
# 1.Sema wayah diperuntukkan untuk pemakaman jenis mepasah

# 2. Sema bantas, diperuntuukan untuk dengan penguburan.

# 3. Sema nguda, diperuntukkan untuk kedua jenis pemakaman yaitu mepasah (exposure) maupun penguburan.
kalao sobat sedang kebali,dan nginep di penginapan pinggir danau tersebut..salam dari orang rekaman buat bu wayan.sampaikan kapan main ke jogjanya...salam wisata keluarga

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar