HEBOH KONDOM USUS DOMBA.(info wisata)

Diposting oleh DemoLanding on Sabtu, 29 Januari 2011

Ada cerita menarik tentang asal usul Kondom yang di tulis Oleh Drs Mardiya. Sebelum terbentuk seperti kemasan sekarang ini, konon menurut kasubid Advokasi konseling dinas KB Kulonprogo Yogyakarta. Kondom alat kontrasepsi yang paling banyak diminati oleh pasutri subur itu awalnya di buat dari usus domba. Untuk lebih jelasnya, mari kita ikuti Tulisan Drs Mardiya yang dikirim melalui email ke Tips Wisata Murah, untuk di bagikan kepada anda. Mari langsung ke Artikel kondom yang menghebohkan tersebut

KONDOM, AWALNYA DARI USUS DOMBA
Oleh :
Drs. Mardiya

Sebagai alat kontrasepsi, kondom tentu sudah
tidak asing lagi bagi kita. Mengapa? karena
disamping mudah untuk mendapatkannya,
kondom dikenal sebagai kontrasepsi
yang murah dan praktis. Saat ini, kondom akan mudah
sekali didapatkan di apotik/toko obat,dokter praktik,
bahkan di PPKBD (Pembantu Pembina KB Desa) atau Sub
PPKBD sekalipun. Ini berarti, hampir di semua Dusun
dan RT seluruh Indonesia tidak akan kesulitan untuk
memperoleh kondom. Apalagi pada wilayah/daerah yang
akseptor kondomnya cukup banyak.
Secara medis, kondom yang belakangan dikenal sebagai
dual protection (pelindung ganda) ini dapat
dikategorikan sebagai alat kontrasepsi sederhana
yang baik untuk menunda kehamilan pertama, karena
memiliki dua ciri utama. Pertama, reverbilitas
yang tinggi. Artinya kembalinya kesuburan dapat
terjamin 100 persen karena pada masa ini peserta
belum mempunyai anak. Kedua, efentivitas tinggi.
Artinya tingkat terjadinya kegagalan pada pemakaian
alat kontrasepsi ini kecil jika digunakan secara
baik dan benar.
Ada dua jenis kondom yang termasuk alat KB lengkap
Lingkaran Emas (Limas),yakni Artika yang diproduksi
oleh PT Bimacom dan Dua Lima yang diproduksi oleh
PT Mecosia Kasita Bahagia. Kondom Artika dibuat dari
bahan latex yang bersifat elastis dan sangat kuat.
Sedangkan kondom Dua Lima mempunyai permukaan
transparan
dan rata, tidak bergaris, tidak berwarna dan
berpelumas. Kondom yang belakangan
tersedia dalam berbagai aroma dan rasa ini dikenal
sangat handal bila dipakai secara baik dan benar
setiap kali bersebadan.
Di dalam teori, evektivitas kondom
yang bekerja mencegah bertemunya sel mani (spermatozoa)
dengan sel telur (ovum)tersebut adalah sebesar
98 persen,
Sedangkan didalam evektivitasnya adalah 85
persen. Sebaliknya, kondom menjadi tidak efektif atau
kurang menguntungkan bagi
PUS yang masih sering bersebadan karena aka memiliki
angka kegagalan yang tinggi.Angka kegagalan teoritis
adalah sebesar 3 persen dan secara praktis berkisar
5 sampai 20 persen. Sehingga wajar jika kondom
hendaknya tidak dianjurkan pada pasangan yang isterinya
beruia 30 atau 35 tahun tetapi masih sangat subur dan
frekuensi hubungan seksualnya tinggi, meskipun alat
ini dikenal murah,mudah didapat dan tidak perlu resep
dokter.
Alasannya adalah mempunyai resiko kehamilan tinggi.

Sejarah Kondom
Kondom diakui sebagai alat kontrasepsi terlama dan
tertua dalam sejarah KB di Indonesia bahkan dunia.
Betapa tidak, konon kabarnya umur kondom telah sama
tuanya
dengan cita dan rasa takut. Meskipun dalam buku besar
yang mencatat penemuan kondom tidak pernah terdaftar,
namun diyakini bahwa usia kondom sebagai alat
kontrsepsi
telah mencapai ribuan tahun.Ada sebuah cerita menarik
yang mengandung nilai sejarah yang sangat mungkin
berkaitan dengan sejarah penemuan kondom. Pada tahun
2.600 sebelum masehi,tersebutlah Raja Minos dari
Knossoe
di Pulau Kreta yang menikah dengan Ratu
Pashiphae itu tidak membuahkan seorang anakpun.
Menurut cerita tersebut,kesulitannya ialah karena Raja
Minos tidak menghasilkan mani biasa tetapi
menyemburkan ular dan kalajengking. Sehingga semua
wanita yang dihubunginya meninggal.
Kemudian muncul seorang wanita yang pandai dan
bijaksana, bernama Prokis,
yang mempunyai gagasan cemerlang. Kisahnya, Prokis
itu memasukkan kandung kencing seekor kambing ke
kemaluan salah seorang wanita. Setelah Minos
menyemburkan maninya yang berupa ular dan kalajengking
ke dalam kandung
kencing itu, baru ia menggauli istrinya.
Akhirnya Raja Minos dan Ratu Pasiphae dianugerahi
seorang putra. Maka pengguna kondom yang pertama
adalah Raja Minos dari Knossoe itu. Namun sayangnya,
dari hasil penelitian para
ahli ternyata tak seorang pengarang atau penyair pun
yang menggunakan kata kondom. Bahkan selama 2.000
tahun, kata kondom itu masih belum dikenal orang biasa.
Kata kondom baru muncul untuk pertama kalinya pada
tahun 1930-1985 di Eropa.Namun siapa sebenarnya yang
menemukan pertama kali atau menganjurkan pengguna
kondom itu tak ada orang atau bangsa yang bersedia
mengakuinya. Mereka saling melemparkan tuduhan. Ada
yang mengatakan bahwa Dr.condom, dokter pribadi Raja
Inggris Karl II yang menemukan untuk sang raja. Namun
orang-orang Inggris tidak bersedia mengakui bahwa
bangsanyalah yang menemukan kondom itu. Kondom dinilai
sebagai benda yang menjijikkan dan penuh dosa. Maka
orang-orang Inggris itu melemparnya kepada orang-orang
Prancis. Dengan alasan bahwa kondom itu berasal
dari sebuah kota di Perancis yang bernama Condom.
Kalau orang-orang Inggris mempertahankan pendapatnya
bahwa kondom benar-benar berasal dari penemuan orang
Perancis, sebaliknya orang-orang Perancis membalas
bahwa kondom itu berasal dari kota Inggris Capota
Anglaise yang berarti pakaian seragam tentara Inggris
bagian bawah yang menyerupai rok.

Mula-mula Dibuat dari Usus Domba.
Terlepas dari siapa penemunya, banyak orang merasa
yakin bahwa kondom yang pertama dibuat dari usus domba.
Menurut catatan, kondom dibuat dari usus buntu
domba-domba
yang masih muda. Caranya hewan tersebut disembelih dan
diambil yang diperlukan saja.
Misalnya diambil usus buntunya, sementara bagian yang
lain dibuang. Usus buntu tersebut kemudian dicuci
beberapa
kali hingga benar-benar bersih, kemudian
dikeringkan selama 24 jam dengan cara menggulung usus
buntu tersebut dengan kain
dari wol. Sesudah kering lalu usus buntu tersebut
diolesi minyak dengan hati-hati.Setelah diolesi minyak,
maka usus buntu itu digosok secara hati-hati pula dengan
sekam. Dengan demikian setelah dibersihkan lagi, siap
untuk dipakai, dan kondom dari usus buntu itu menjadi
lunak.
Karena dibuat dari usus buntu domba berarti untuk setiap
kondom memerlukan seekor domba, maka wajar jika harga
kondom waktu itu menjadi demikian mahal. Sehingga
orang-orang berduit saja yang mampu membelinya. Untuk
membelinyapun harus dilakukan secara diam-diam dan
hati-hati,
karena waktu itu dinilai masih melanggar adat.
Mahalnya harga kondom telah menumbuhkan kreativitas
orang-orang yang tidak cukup kaya untuk membeli kondom
dari usus domba. Para nelayan misalnya, mengikuti jejak
orang-orang darat dengan membuat kondom dari kandung
kencing ikan, tentunya ikan yang cukup besar. Orangpun
lalu memikirkan untuk membuat kondom dari kain. Tentunya
dipilih kain yang paling halus, yaitu kebanyakan dengan
kain sutera. Kondom dari kain itu dibuat di
dalamnya dari kain sutera dan luarnya dari kain katun.
Agar kalau dipakai tidak lepas baik diluar senggama
maupun selama senggama maka ujungnya diberi tali.
Namun demikian
kebanyakan orang memandang kondom dari kain itu
mengganggu gairah dan nafsu bersenggama. Pandangan
demikian itu tak terbatas pada golongan rendah saja,
di kalangan ningrat pun kondom dirasakan mengganggu
hubungan seksual mereka.Pada waktu itu pohon karet
belum dikenal orang, dalam arti kegunaannya bagi
kepentingan manusia. Apalagi menjadi barang dagangan.
Karena itu kondom dari karet pun belum terbayangkan.
Baru ketika latex yang merupakan getah dari pohon karet
diketemukan dan diketahui kegunaannya , maka kondompun
dibuat dari karet. Sejak saat itu kondom tidak hanya
lebih baik kualitasnya, tetapi juga harganya juga
terjangkau rakyat kecil.

Pernah Jadi Perlengkapan Perang
Dalam Perang Dunia Pertama, kondom menduduki
tempat yang terhormat.
Waktu itu ketika seorang prajurit menerima
perlengkapan perangnya, di samping senjata dan pelurunya,
dia juga menerima rangsel. Perlengkapan dalam rangsel
tersebut diantaranya minuman beralkohol dan kondom.
Kondom ini sudah barang tentu buka untuk menolak peluru
lawan atau penghalau gas beracun yang digunakan lawan.
Namun demikian, kondom dianggap barang yang penting,
sehingga waktu seorang prajurit keluar dari asrama atau
tempat tugasnya, ia diwajibkan untuk menunjukkan apakah
kondom itu dibawa atau tidak.Yang menarik adalah apakah
dalam perang
itu kondom menjadi teman yang setia? Para
prajurit bertanya-tanya apakah besok ia masih hidup? Dan
kalau besok kemungkinan besar tak bisa hidup maka apa
gunanya kondom itu? Karena itulah maka banyak di
antara mereka yang berpendapat tidak akan
menggunakan kondom.
Kalau toh akan terkena penyakit kelamin besok ia sudah
tak akan merasakannya lagi karena sudah almarhum!
Namun demikian, ada sesuatu dibalik pendapat tak mau
menggunakan kondom tersebut.Mereka dengan sengaja tidak
menggunakan kondom agar terjangkit penyakit kelamin dan
dicutikan pulang. Atau paling tidak dapat dirawat
di salah satu rumah sakit yang letaknya jauh dari medan
perang.
Akibatnya ketika perang usai dan tentara pulang ke kampung
halamannya, banyak istri-istri di rumah yang terkena
penyakit kelamin itu.Menurut Bernold Springer,
jumlah yang terkena penyakit itu lebih besar dari apa
yang tercatat selama itu.
jumlah itu setiap harinya bertambah. Dalam keadaan yang
meresahkan itu timbul gagasan bagaimana bisa memproduksi
kondom lebih banyak lagi.Julius Fromm dari
Leipzig (Jerman Timur) seorang ahli dibidang bahan karet
berhasil mengatasi keterbatasan tersebut. Setiap hari ia
dapat menghasilkan 150.000 buah kondom.
Dan karena itu ia membantu menekan harga 1 bungkus yang
berisikan 3 buah kondom harganya pada waktu itu hanya 72
sen mata uang Jerman. Sebuah harga yang relatif
terjangkau oleh masyarakat luas.

Drs Mardiya
Kasubid Advokasi Konseling dan Pembinaan
Kelembagaan Keluarga Berencana dan Kesehatan
Reproduksi, Badan Pemberdayaan Masyarakat
Pemerintahan Desa Perempuan dan Keluarga
Berencana Kabupaten
Kulonprogo
HP. 081328819945

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar